Kamis, 22 Januari 2015

PERISTIWA BESAR ITU DIMULAI DARI RENGASDENGKLOK



Mendengar porak-porandanya Jepang akibat rentetan bom atom yang dijatuhkan Sekutu tanggal 6 Agustus 1945 di Hiroshima dan 9 Agustus 1945
membuat heroisme para pemuda untuk benar-benar merealisasikan terbentuknya Indonesia Raya. Upaya ini juga diperkuat dengan dipanggilnya  Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Radjiman Widyodiningrat yang dipanggil ke Dalat, Saigon (Vietnam) untuk menemui Marsekal Terauchi. 

Sementara di Indonesia, Indonesianisasi dilakukan pada BPUPKI menjadi PPKI guna menunjang perjuangan politik Indonesia saat itu karena kabar bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah tanpa syarat. Mengetahui hal tersebut, Sjahrir segera menjumpai Hatta dan menceritakan mengenai peristiwa yang terjadi untuk kemudian membentuk proklamasi di luar kerangka PPKI.

Pada tanggal 15 Agustus 1945, secara resmi Jepang mengumumkan penyerahan Jepang kepada Sekutu melalui siaran radio di Jakarta yang disampakan oleh Kaisar Hirohito. Siaran ini didengar oleh para pemuda dan semakin menguatkan tekad mereka untuk benar-benar memerdekaan Indonesia.

Namun, perbedaan pendapat tentang “Kapan Pelaksanaan Proklamasi” menyebabkan sebuah peristiwa tak terduga yang akhirnya membawa sebuah perubahan besar bagi Indonesia.

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni dan Wikana  (konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka) yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran dan pada dinihari tanggal 16 Agustus 1945 melaksanakan hasil rapat dengan kaum pemuda satu hari sebelumnya di Jalan Pegangsaan Timur.

 Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA dan pemuda lain, merekakalangan pemuda membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. 

Dalam “penculikan” di Rengasdengklok para pemuda kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apapun risikonya. Sementara di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs.Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan. 

Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang ke rumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar